Sabtu, 11 Januari 2014

KISAH LAHIRNYA NABI MUSA AS

MIMPI RAJA FIR'AUN

         Sebelum kelahiran Nabi Musa, Fir'aun sudah diberi peringatan lewat mimpi. Bahwasanya akan ada bayi yang lahir dari kaum Bani Israel yang akan mengakhiri kekuasaan dan kerajaannya. Para ahli nujum yang diberitahu ihwal mimpi itu menyakinkan Fir'aun, "Jangan khawatir. Kita bisa mencegah kelahiran dia."
         Para ahli nujum tersebut mereka orang-orang ahli yang menguasai berbagai cabang ilmu, khususnya ilmu perbintangan. Dan berdasarkan ilmu perbintangan itulah, mereka bisa mengetahui persis hari persetubuhan calon orang tua Nabi Musa. Persetubuhan yang akan berbuah dan melahirkan Nabi Musa.
         Maka mereka menasehati Fir'aun agar sepanjang hari itu laki-laki Israel dipisahkan dari wanitanya, sehingga tidak ada satupun lelaki yang bertemu dengan wanita dan tidak akan terjadi persetubuhan. Fir'aun merasa lega dan memberi pengumuman agar pada hari yang diramalkan, para lelaki Israel berkumpul di alun-alun.  "Atas jasa-jasa kalian selama ini, Fir'aun ingin memberikan hadiah dan kalian juga diperkenankan melihat wajahnya untuk pertama kalinya." Demikian bunyi pengumuman tersebut, sangat menggiurkan, karena selama itu budak-budak Israel memang tidak diperkenankan melihat wajah Fir'aun, setiap kali kereta Fir'aun lewat, mereka harus bersujud.
         Pada hari yang ditentukan mereka semua berkumpul di alun-alun, tersedia bagi mereka makanan, minuman, dan buah-buahan pilihan. Sepanjang hari mereka berpesta-pora. Menjelang senja datanglah Fir'aun dengan membawa hadiah yang dijanjikannya. Betul budak-budak itu diperkenankan melihat wajahnya, mereka semua senang sekali dan pemberian hadiah berakhir hingga malam. Maka diberi pengumuman lagi, "Karena sudah larut malam tidurlah kalian di dalam tenda-tenda yang sudah disiapkan untuk kalian, besuk baru pulang ke tempat masing-masing."
         Diantara orang-orang Israel itu ada yang bernama Imran. Fir'aun sangat menyanyangi dia sehingga diangkatnya menjadi bendahara. Kepada dia pun Fir'aun berpesan, "Jangan ke mana-mana. Kamu tahu tentang hari persetubuhan. Maka jangan pulang ke rumah. Jangan melayani istrimu malam ini."
        "Tidak Baginda, tidak. Saya tidak akan pulang ke rumah. Bahkan saya tidak akan meninggalkan pintu kamar Baginda. Saya akan tidur di sini saja," jawab Imran.
         Menjelang subuh, datanglah istri Imran ke istana dan menemukan suaminya berada di depan pintu kamar Fir'aun. Ketika dibangunkan Imran terkejut dan berkata, "Kenapa kamu ada di sini?"
         "Sepanjang malam aku tidak bisa tidur" kata sang istri sambil meraba-raba badan Imran. Sentuhan tangan si istri membangkitkan nafsu birahi di dalam diri Imran, dan terjadilah persetubuhan antara mereka, di tempat itu juga di depan pintu kamar Fir'aun.
         Sementara itu mendengar suara-suara di luar, Fir'aun pun terjaga dan bergegas menuju pintu kamar. Imran mendengar suara kaki Fir'aun dan cepat-cepat menyuruh istrinya pulang ke rumah, dan berkata : "Janganlah engkau sekali-kali cerita tentang kejadian ini, kalau ada yang tahu, celakalah kita." 
         Fir'aun menegur Imran, "Suara-suara apa tadi?". Imran menjawab secara sepontan : " Dari arah alun-alun Baginda, mereka masih bersenang-senang."
           ”Tidak, Imran. Tidak. Aku punya firasat kuat, ada yang tidak beres. Pergilah ke alun-alun. Lihat apa yang terjadi,” kata Fir’aun.
Ternyata di alun-alun pun memang ribut. Para ahli nujum berkumpul di sana sepanjang malam, melihat bintang tertentu di langit yang menandai telah terjadinya persetubuhan antara sepasang suami istri yang akan menjadi orang tua Musa. Mereka merasa kecolongan.
          Ketika mereka menyampaikan hal itu kepada Imran, dia pun kaget. “Jangan-jangan nabi yang diramalkan akan lahir lewat persetubuhanku dengan istriku.” Pikir dia. Kemudian untuk menutupi kekhawatirannya, dia malah memarahi para ahli nujum, “Apa gunanya ilmu kalian jika tidak bisa melindungi Fir’aun?”. Tidak seorangpun menyangka bahwa Imran sedang berpura-pura. Ketika Fir’aun diberitahu, dia pun tidak mengira kalau yang telah berbuat persetubuhan itu adalah Imran sendiri.
          Para ahli nujum pun bertemu kembali dan merencakan langkah selanjutnya yang sangat keji, yaitu setelah sepuluh bulan berikutnya, Fir’aun dinasehati untuk mengumpulkan semua wanita di alun-alun. Mereka harus datang sendiri tanpa ditemani para suami, tetapi harus membawa anak-anak mereka yang baru lahir. Alasannya sama, mereka akan diberi hadiah dan kesempatan untuk melihat wajah Fir’aun.
          Setelah mereka berkumpul di alun-alun, anak bayi mereka diambil secara paksa dan di bunuh saat itu juga. Alasan mereka kuat , “Demi keselamatan bangsa dan negara. Karena diantara anak-anak ini, ada seorang pembunuh, kelak dia akan membunuh Fir’aun dan menyebabkan terjadinya kekacauan di negeri ini. Hari itu hanya satu keluarga Israel yang tidak hadir di alun-alun yaitu keluarga Imran, sehingga bayi mereka selamat.
          Masih tidak puas dengan pembunuhan masal itu, Fir’aun menugaskan para teliksandi untuk memata-matai setiap rumah. Adakah bayi yang lolos dari maut? Ternyata memang ada yaitu putra Imran, dan mereka menyampaikan berita itu kepada Fir’aun.
                Fir’aun menjadi berang, gusar. Saat itu juga dia mengirimkan beberapa petugas untuk menjemput anak tersebut. Ketika mereka berada di rumah Imran dan hendak mengambil Musa, sang ibu mendengar suara, “Lemparkan anakmu ke dalam api. Dia adalah sahabat Allah, api tidak akan membakar dirinya.” Sang ibu percaya penuh pada suara yang didengarnya dan langsung melemparkan anak itu ke dalam api. Para petugas sangat bingung, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya mereka pulang ke istana dan melaporkan kepada Fir’aun.
          Fir’aun bisa bernafas lega, tetapi tidak untuk waktu yang lama. Beberapa hari kemudian, ada lagi mata-mata yang menyampaikan kepada dia bahwa putra Imran masih selamat. Sekali lagi dia mengirimkan petugas untuk menjemputnya. Maka terulang lagi kejadian seperti sebelumnya, hanya saja kali ini sang ibu dibisiki untuk membuang Musa ke dalam sungai. Hal itu dilakukannya di depat para prajurit yang ditugaskan untuk menjemput Musa, sampai mereka tercengang.
          Kisah ini panjang sekali, tetapi intinya adalah bahwa Nabi Musa tetap saja selamat. Apa daya tangan Fir’aun jika tangan Dia (Allah SWT) yang melindungi.
***SEKIAN***

Pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah ini : Fir’aun adalah raja yang kejam dan selalu mengedepankan egonya, padahal dia tahu bahwa usahanya untuk membunuh Nabi Musa selalu gagal, dia tidak sadar.
Tetapi jangan menertawakan Fir’aun, coba kita tengok diri kita sendiri mungkin kekejaman dan ketidak sadaran Fir’aun bisa juga ada pada kita. Kita tidak lebih kejam dari Fir’aun hanya saja karena kita tidak diberi kekuasaan seperti Fir’aun sehingga ketidaksadaran dan kekejaman kita tidak terungkap dan tidak muncul kepermukaan.
Tidak usah muluk-muluk seperti Fir’aun lah, mungkin kalau kita diberi kekuasaan atau jabatan yang strategis di lembaga pemerintahan, kita juga akan sama seperti mereka-mereka yang melakukan korupsi, suap sana-suap sini asal tujuan kita bisa tercapai. Yah itulah jabatan. Maka bersukurlah bagi orang yang tidak punya jabatan apa-apa, sehingga tidak terjerat kasus apa-apa.
Wallahu a’lam.

Sumber cerita dari kitab Masnawi – Jalaluddin Ar-Rumi.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar