Rabu, 01 Januari 2014

LEGENDA DEWI LANJAR


ANTARA LELEMBUT DAN PEJUANG

Banyak sekali versi tentang cerita Dewi Lanjar yang merupakan tokoh legenda Ratu Pantai Utara tepatnya di Pesisir Pantai Slamaran Kota Pekalongan. Diantara versi cerita tersebut sebagaimana pendapat dan penuturan dibawah ini.

Bagi masyarakat kota Pekalongan nama Dewi Lanjar atau sering disebut sebagai Den Ayu Lanjar bahkan kerap disebut juga "Bu Kaji" oleh kalangan masyarakat sekitar. Keberadaannya menjadi sebuah legenda yang sangat melekat kuat di tengah masyarakat. Bahkan sosoknya sangat dipercaya  sebagai salah satu "Penunggu" sekaligus Penguasa pesisir laut utara. Sebagaimana keberadaan Nyai Roro Kidul yang dipercaya sebagai penguasa laut kidul oleh masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya.
Orang-orang yang percaya dunia metafisika (Supranatural) sangat mengakui keduanya. Meski Nyai Roro Kidul dinilai lebih unggul dan lebih dulu jika dibandingkan dengan Dewi Lanjar. 

Namun demikian Dewi lanjar mempunyai cerita dari mulut kemulut sebagai sosok seorang wanita yang cantik yang mempunyai kerajaan dan punggawanya dan para pekerja, bahkan setiap hari tertentu "Bu Kaji" kerap belanja di Pasar Senteleng (Banjarsari) sebagaimana manusia biasa. Bahkan ia juga memberi bantuan bagi mereka yang membutuhkan pasokan dana alias "Apek pesugihan". Namun cara pengembalian pembayarannya tidak menggunakan uang, namun dengan "tumbal" tertentu (biasanya orang yang dikasihi dari keluarganya) sesuai akad perjanjian yang disepakati. Biasanya untuk hal ini difasilitasi oleh juru kunci yang tinggal dikawasan dekat pantai Slamaran.
Menurut Ny. Warniah salah satu warga Slamaran."Meski saat ini sudah memasuki jaman serba komputer tapi masih saja ada orang yang datang minta pasokan uang pada "Bu Kaji", bukan hanya dari Pekalongan namun juga dari luar kota".

Seorang Pejuang
Ada versi yang mengatakan sebenarnya Dewi Lanjar bukanlah makhluk halus melainkan istri Bupati Pekalongan tempo dahulu yang bernama Padmonegoro. Dan nama sesungguhnya Siti Wulanjarwulan. Dari perkawinannya konon melahirkan seorang putra bernama Yosodipuro I yang kemudian sebagai pujangga Kraton Surakarta.
Meski Padmonegoro diangkat sebagai bupati masa kolonial, namun darah yang mengalir sebagai putra bangsa anti terhadap penjajahan, bahkan ia sangat dekat dengan masyarakat. Melihat gelagat yang membahayakan kedudukan penjajah masa itu, iapun dibuang ke Palembang. Melihat suaminya diasingkan ke Palembang Siti Wulanjarwulan meneruskan perjuangan suaminya melakukan perlawanan turun langsung ke gelanggang, sebagaimana layaknya Cut Nyak Dien. Saat itu penjajah sangat kewalahan, maka dibuat siasat untuk melumpuhkan perlawanannya dengan cara berunding. Namun kekokohan hatinaya ia tak mau menyerah begitu saja di tangan penjajah. Pertempuran tak terelakkan lagi kuatnya rakyat yang mendukung termasuk kaum perempuannya, mengakibatkan banyak jatuh korban di pihak penjajah.
Karena posisi Pekalongan dekat dengan laut, maka Belanda menjuluki Dewi Wulanjarwulan sebagai "Setan Laut" dari sebutan itulah akhirnya dikenal dengan sebutan Dewi Lanjar sebagai penguasa laut utara dn belakangan mitos budaya jawa yang sarat dengan simbul-simbul dan pengaruh budaya hindu dan yang berkembang jika dewi lanjar adalah siluman makhluk halus, padahal ia sebagai seorang pahlawan meskipun semuanya ini masih perlu penelitian lebih lanjut.

Ada lagi versi yang mengatakan jika Dewi Lanjar itu berarati "janda muda yang belum mempunayai anak" dan ada yang menyebutkan nama aslinya Dewi Siti Khotijah, ada lagi Dewi Rara Kuning dll.
Demikianlah beberapa versi cerita yang bisa menambah khasanah pustaka cerita Legenda Masyakat Pekalongan. Urusan percaya atau tidak terserah anda. "Wallahu a'lamu bish-Showab".

Sumber : dari Buletin Warta Kota Batik edisi khusus 2008 hal.18.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar