Rabu, 11 September 2013

Cerita anak2 santri (fiktif)

SETIA UNTUK MENGEMIS

Ceritanya ; Ada dua orang yang sama-sama cacat, sebut saja si Buta (karena tuna netra) dan si Bongkok (karena punggungnya bongkok), mereka berdua bersepakat untuk saling hidup bersama-sama sehidup semati berteman membantu kekurangan satu sama lain.

Karena tubuh mereka itu cacat maka mereka berdua menggantungkan hidupnya untuk mengemis dan meminta-minta mengharapkan belas kasihan dari orang lain dan sering pula mereka menjadi buruh cuci piring dengan meminta imbalan hanya sepiring makanan sekedar untuk mengisi perut, dan setelah mereka kenyang biasanya mereka tidak membutuhkan pekerjaan lagi alias hidup bersantai-santai duduk-duduk sambil tiduran dibawah pohon yang rindang.


Pada suatu hari ketika mereka merasa lapar, mereka mulai berjalan mengemis ke suatu desa untuk meminta makanan, namun karena tidak ada yang memberi makanan mereka pun terpaksa menawarkan jasa menjadi buruh tukang cuci piring, dan setelah pekerjaan selesai mereka berdua mendapat upah masing-masing mendapat satu porsi makanan dengan lauk yang lumayan enak, namun walaupun mereka berteman kadang mereka suka berbuat jahil satu sama yang lain terutama si Bongkok karena merasa temannya tidak bisa melihat, dia mengambil lauk daging jatah temannya si Buta, alhasil si Buta hanya makan dengan lauk sederhana sedangkan si Bongkok makan dengan lauk yang enak-enak. Hal ini sering dilakukan oleh si Bongkok, namun si Buta hanya diam saja kerena memang dia tidak tahu kalau dirinya sering dijahili oleh si Bongkok. Seandainya tahu tentu dia akan marah sekali karena sama sama bekerja keras bersama tentunya imbalannya harus dibagi dengan porsi yang sama pula.

Hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun berganti tahun nasib mereka masih tetap sama seperti itu, dan pada suatu ketika mereka berdua mendengar kabar bahwa di suatu desa ada seseorang yang sedang mempunyai hajatan, maka ketika mereka merasa lapar merekapun berniat untuk meminta makanan padanya dengan menawarkan jasa cuci piring, dan seperti biasa ketika mereka telah menyelesaikan tugasnya merekapun dapat imbalannya satu porsi makanan besar. Namun sifat si Bongkok masih tetap sama suka berbuat curang, dia mengambil lauk yang enak-enak, (daging-daging tanpa tulang) sedangkan si Buta diberinya makanan dengan daging yang banyak tulang-belulang.

Ketika si Buta makan dengan lahapnya tiba-tiba dia terselak tulang (jawa : Kloloten balung)  yang ikut masuk kemakan, di lehernya terasa ada yang mengganjal dan sulit untuk ditelan ke perut, sampai dia melotot  matanya. Namun nasib berubah menjadi mujur karena terselak tulang secara tidak sengaja dia bisa melihat kembali alias (sembuh dari tuna netra). Dan ketika si Buta melihat temannya makan yang enak-enak sedangkan dia dikasih tulang-belulang, secara spontan dia merasa marah dan memukulkan tulang yang besar pada temannya tepat mengenai punggungnya yang bongkok, dan sekali lagi keanehan terjadi dengan pukulan tulang temannya itu, si Bongkok menjadi sembuh bisa berdiri tegak kembali, akhirnya merekapun bukannya berkelahi tetapi justru saling berpelukan karena merasa bersukur satu sama lain.

Setelah mereka berdua bisa normal kembali, mereka berencana untuk mencari pekerjaan yang layak sebagaimana orang lain, namun karena mereka tidak punya skill khusus untuk bekerja, mereka masih menganggur dan untuk mengisi perutnya yang lapar mereka tidak mau mengemis kembali tetapi mencari makanan ke hutan-hutan dan makan dari buah-buahan pohon liar.

Pada suatu ketika mereka menjumpai sebuah pohon yang lumayan tinggi dengan buah yang segar dan menggiurkan bagi mereka berdua namun mereka tidak tahu apa nama buahnya, untuk memetiknya mereka harus memanjat, karena si Bongkok tidak bisa memanjat maka untuk urusan tersebut diserahkan sama teman satunya yang jago memanjat. Dan ketika buah telah dipetik dan dicicipinya ternyata rasanya manis agak kecut namun enak rasanya sehingga si Buta memetik banyak sekali namun dimakan sendiri tanpa dibagi pada temannaya yang di bawah bahkan si Buta justru meledek (jawa : ngiming-ngimingi) dan si Bongkok pun merasa kesal tetapi tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak bisa memanjat pohon.

Setelah makan buah di atas pohon dengan puas, tiba-tiba ada sesuatu terjadi, si Buta jadi kabur pandangannya dan merasa penglihatan matanya menjadi gelap, karena sudah tidak bisa melihat sesuatu diapun terpeleset dan akhirnya terjatuh tepat mengenai temannya yang ada di bawah dan ternyata teman yang kejatuhan tersebut menjadi bongkok kembali.
Nasib kembali seperti semula, akhirnya merekapun hidup menjadi pengemis kembali seperti sedia kala.

*** SEKIAN***

(Sumber Inspirasi : Dongengan anak2 santri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar