Sebelum
kelahiran Nabi Musa, Fir'aun sudah diberi peringatan lewat mimpi. Bahwasanya akan
ada bayi yang lahir dari kaum Bani Israel yang akan mengakhiri kekuasaan dan
kerajaannya. Para ahli nujum yang diberitahu ihwal mimpi itu menyakinkan
Fir'aun, "Jangan khawatir. Kita bisa mencegah kelahiran dia."
Para
ahli nujum tersebut mereka orang-orang ahli yang menguasai berbagai cabang ilmu, khususnya ilmu
perbintangan. Dan berdasarkan ilmu perbintangan itulah, mereka bisa mengetahui persis hari
persetubuhan calon orang tua Nabi Musa. Persetubuhan yang akan berbuah dan melahirkan Nabi
Musa.
Maka
mereka menasehati Fir'aun agar sepanjang hari itu laki-laki Israel dipisahkan
dari wanitanya, sehingga tidak ada satupun lelaki yang bertemu dengan wanita
dan tidak akan terjadi persetubuhan. Fir'aun merasa lega dan memberi pengumuman
agar pada hari yang diramalkan, para lelaki Israel berkumpul di alun-alun. "Atas jasa-jasa
kalian selama ini, Fir'aun ingin memberikan hadiah dan kalian juga
diperkenankan melihat wajahnya untuk pertama kalinya." Demikian bunyi
pengumuman tersebut, sangat menggiurkan, karena selama itu budak-budak Israel memang
tidak diperkenankan melihat wajah Fir'aun, setiap kali kereta Fir'aun lewat,
mereka harus bersujud.
Pada
hari yang ditentukan mereka semua berkumpul di alun-alun, tersedia bagi mereka
makanan, minuman, dan buah-buahan pilihan. Sepanjang hari mereka berpesta-pora.
Menjelang senja datanglah Fir'aun dengan membawa hadiah yang dijanjikannya. Betul
budak-budak itu diperkenankan melihat wajahnya, mereka semua senang sekali dan
pemberian hadiah berakhir hingga malam. Maka diberi pengumuman lagi,
"Karena sudah larut malam tidurlah kalian di dalam tenda-tenda yang sudah
disiapkan untuk kalian, besuk baru pulang ke tempat masing-masing."
Diantara
orang-orang Israel itu ada yang bernama Imran. Fir'aun sangat menyanyangi dia
sehingga diangkatnya menjadi bendahara. Kepada dia pun Fir'aun berpesan,
"Jangan ke mana-mana. Kamu tahu tentang hari persetubuhan. Maka jangan
pulang ke rumah. Jangan melayani istrimu malam ini."
"Tidak
Baginda, tidak. Saya tidak akan pulang ke rumah. Bahkan saya tidak akan
meninggalkan pintu kamar Baginda. Saya akan tidur di sini saja," jawab
Imran.
Menjelang subuh, datanglah istri Imran ke istana dan menemukan suaminya
berada di depan pintu kamar Fir'aun. Ketika dibangunkan Imran terkejut dan
berkata, "Kenapa kamu ada di sini?"
"Sepanjang malam aku tidak bisa tidur" kata sang istri sambil
meraba-raba badan Imran. Sentuhan tangan si istri membangkitkan nafsu birahi di
dalam diri Imran, dan terjadilah persetubuhan antara mereka, di tempat itu juga
di depan pintu kamar Fir'aun.
Sementara itu mendengar suara-suara di luar, Fir'aun pun terjaga dan
bergegas menuju pintu kamar. Imran mendengar suara kaki Fir'aun dan cepat-cepat
menyuruh istrinya pulang ke rumah, dan berkata : "Janganlah engkau
sekali-kali cerita tentang kejadian ini, kalau ada yang tahu, celakalah
kita."
Fir'aun
menegur Imran, "Suara-suara apa tadi?". Imran menjawab secara
sepontan : " Dari arah alun-alun Baginda, mereka masih
bersenang-senang."
”Tidak, Imran. Tidak. Aku punya firasat kuat, ada yang
tidak beres. Pergilah ke alun-alun. Lihat apa yang terjadi,” kata Fir’aun.
Ternyata di alun-alun pun memang ribut. Para ahli nujum berkumpul di sana
sepanjang malam, melihat bintang tertentu di langit yang menandai telah
terjadinya persetubuhan antara sepasang suami istri yang akan menjadi orang tua
Musa. Mereka merasa kecolongan.
Ketika mereka menyampaikan
hal itu kepada Imran, dia pun kaget. “Jangan-jangan nabi yang diramalkan akan
lahir lewat persetubuhanku dengan istriku.” Pikir dia. Kemudian untuk menutupi
kekhawatirannya, dia malah memarahi para ahli nujum, “Apa gunanya ilmu kalian
jika tidak bisa melindungi Fir’aun?”. Tidak seorangpun menyangka bahwa Imran
sedang berpura-pura. Ketika Fir’aun diberitahu, dia pun tidak mengira kalau
yang telah berbuat persetubuhan itu adalah Imran sendiri.
Para ahli nujum pun bertemu
kembali dan merencakan langkah selanjutnya yang sangat keji, yaitu setelah
sepuluh bulan berikutnya, Fir’aun dinasehati untuk mengumpulkan semua wanita di
alun-alun. Mereka harus datang sendiri tanpa ditemani para suami, tetapi harus
membawa anak-anak mereka yang baru lahir. Alasannya sama, mereka akan diberi
hadiah dan kesempatan untuk melihat wajah Fir’aun.
Setelah mereka berkumpul di
alun-alun, anak bayi mereka diambil secara paksa dan di bunuh saat itu juga.
Alasan mereka kuat , “Demi keselamatan bangsa dan negara. Karena diantara
anak-anak ini, ada seorang pembunuh, kelak dia akan membunuh Fir’aun dan
menyebabkan terjadinya kekacauan di negeri ini. Hari itu hanya satu keluarga
Israel yang tidak hadir di alun-alun yaitu keluarga Imran, sehingga bayi mereka
selamat.
Masih tidak puas dengan
pembunuhan masal itu, Fir’aun menugaskan para teliksandi untuk memata-matai
setiap rumah. Adakah bayi yang lolos dari maut? Ternyata memang ada yaitu putra
Imran, dan mereka menyampaikan berita itu kepada Fir’aun.
Fir’aun menjadi berang, gusar. Saat itu juga dia
mengirimkan beberapa petugas untuk menjemput anak tersebut. Ketika mereka
berada di rumah Imran dan hendak mengambil Musa, sang ibu mendengar suara,
“Lemparkan anakmu ke dalam api. Dia adalah sahabat Allah, api tidak akan
membakar dirinya.” Sang ibu percaya penuh pada suara yang didengarnya dan
langsung melemparkan anak itu ke dalam api. Para petugas sangat bingung, tetapi
tidak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya mereka pulang ke istana dan melaporkan
kepada Fir’aun.
Fir’aun bisa bernafas lega,
tetapi tidak untuk waktu yang lama. Beberapa hari kemudian, ada lagi mata-mata
yang menyampaikan kepada dia bahwa putra Imran masih selamat. Sekali lagi dia
mengirimkan petugas untuk menjemputnya. Maka terulang lagi kejadian seperti
sebelumnya, hanya saja kali ini sang ibu dibisiki untuk membuang Musa ke dalam
sungai. Hal itu dilakukannya di depat para prajurit yang ditugaskan untuk
menjemput Musa, sampai mereka tercengang.
Kisah ini panjang sekali, tetapi
intinya adalah bahwa Nabi Musa tetap saja selamat. Apa daya tangan Fir’aun jika
tangan Dia (Allah SWT) yang melindungi.
***SEKIAN***
Pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah ini : Fir’aun
adalah raja yang kejam dan selalu mengedepankan egonya, padahal dia tahu bahwa
usahanya untuk membunuh Nabi Musa selalu gagal, dia tidak sadar.
Tetapi jangan menertawakan Fir’aun, coba kita tengok
diri kita sendiri mungkin kekejaman dan ketidak sadaran Fir’aun bisa juga ada
pada kita. Kita tidak lebih kejam dari Fir’aun hanya saja karena kita tidak
diberi kekuasaan seperti Fir’aun sehingga ketidaksadaran dan kekejaman kita
tidak terungkap dan tidak muncul kepermukaan.
Tidak usah muluk-muluk seperti Fir’aun lah, mungkin
kalau kita diberi kekuasaan atau jabatan yang strategis di lembaga
pemerintahan, kita juga akan sama seperti mereka-mereka yang melakukan korupsi,
suap sana-suap sini asal tujuan kita bisa tercapai. Yah itulah jabatan. Maka
bersukurlah bagi orang yang tidak punya jabatan apa-apa, sehingga tidak
terjerat kasus apa-apa.
Wallahu a’lam.
Sumber cerita dari kitab Masnawi – Jalaluddin Ar-Rumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar