SETIA UNTUK MENGEMIS
Ceritanya ; Ada dua orang
yang sama-sama cacat, sebut saja si Buta (karena tuna netra) dan si Bongkok (karena
punggungnya bongkok), mereka berdua bersepakat untuk saling hidup bersama-sama
sehidup semati berteman membantu kekurangan satu sama lain.
Karena tubuh mereka itu
cacat maka mereka berdua menggantungkan hidupnya untuk mengemis dan
meminta-minta mengharapkan belas kasihan dari orang lain dan sering pula mereka
menjadi buruh cuci piring dengan meminta imbalan hanya sepiring makanan sekedar
untuk mengisi perut, dan setelah mereka kenyang biasanya mereka tidak
membutuhkan pekerjaan lagi alias hidup bersantai-santai duduk-duduk sambil
tiduran dibawah pohon yang rindang.
Pada suatu hari ketika
mereka merasa lapar, mereka mulai berjalan mengemis ke suatu desa untuk meminta
makanan, namun karena tidak ada yang memberi makanan mereka pun terpaksa
menawarkan jasa menjadi buruh tukang cuci piring, dan setelah pekerjaan selesai
mereka berdua mendapat upah masing-masing mendapat satu porsi makanan dengan
lauk yang lumayan enak, namun walaupun mereka berteman kadang mereka suka
berbuat jahil satu sama yang lain terutama si Bongkok karena merasa temannya
tidak bisa melihat, dia mengambil lauk daging jatah temannya si Buta, alhasil
si Buta hanya makan dengan lauk sederhana sedangkan si Bongkok makan dengan
lauk yang enak-enak. Hal ini sering dilakukan oleh si Bongkok, namun si Buta
hanya diam saja kerena memang dia tidak tahu kalau dirinya sering dijahili oleh
si Bongkok. Seandainya tahu tentu dia akan marah sekali karena sama sama bekerja
keras bersama tentunya imbalannya harus dibagi dengan porsi yang sama pula.
Hari demi hari, bulan demi
bulan dan tahun berganti tahun nasib mereka masih tetap sama seperti itu, dan pada
suatu ketika mereka berdua mendengar kabar bahwa di suatu desa ada seseorang
yang sedang mempunyai hajatan, maka ketika mereka merasa lapar merekapun
berniat untuk meminta makanan padanya dengan menawarkan jasa cuci piring, dan
seperti biasa ketika mereka telah menyelesaikan tugasnya merekapun dapat
imbalannya satu porsi makanan besar. Namun sifat si Bongkok masih tetap sama suka
berbuat curang, dia mengambil lauk yang enak-enak, (daging-daging tanpa tulang)
sedangkan si Buta diberinya makanan dengan daging yang banyak tulang-belulang.
Ketika si Buta makan
dengan lahapnya tiba-tiba dia terselak tulang (jawa : Kloloten balung) yang ikut masuk kemakan, di lehernya terasa
ada yang mengganjal dan sulit untuk ditelan ke perut, sampai dia melotot matanya. Namun nasib berubah menjadi mujur
karena terselak tulang secara tidak sengaja dia bisa melihat kembali alias
(sembuh dari tuna netra). Dan ketika si Buta melihat temannya makan yang
enak-enak sedangkan dia dikasih tulang-belulang, secara spontan dia merasa
marah dan memukulkan tulang yang besar pada temannya tepat mengenai punggungnya
yang bongkok, dan sekali lagi keanehan terjadi dengan pukulan tulang temannya
itu, si Bongkok menjadi sembuh bisa berdiri tegak kembali, akhirnya merekapun
bukannya berkelahi tetapi justru saling berpelukan karena merasa bersukur satu
sama lain.
Setelah mereka berdua bisa
normal kembali, mereka berencana untuk mencari pekerjaan yang layak sebagaimana
orang lain, namun karena mereka tidak punya skill khusus untuk bekerja, mereka
masih menganggur dan untuk mengisi perutnya yang lapar mereka tidak mau
mengemis kembali tetapi mencari makanan ke hutan-hutan dan makan dari buah-buahan
pohon liar.
Pada suatu ketika mereka
menjumpai sebuah pohon yang lumayan tinggi dengan buah yang segar dan
menggiurkan bagi mereka berdua namun mereka tidak tahu apa nama buahnya, untuk
memetiknya mereka harus memanjat, karena si Bongkok tidak bisa memanjat maka
untuk urusan tersebut diserahkan sama teman satunya yang jago memanjat. Dan ketika
buah telah dipetik dan dicicipinya ternyata rasanya manis agak kecut namun enak
rasanya sehingga si Buta memetik banyak sekali namun dimakan sendiri tanpa
dibagi pada temannaya yang di bawah bahkan si Buta justru meledek (jawa : ngiming-ngimingi)
dan si Bongkok pun merasa kesal tetapi tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak bisa memanjat pohon.
Setelah makan buah di atas
pohon dengan puas, tiba-tiba ada sesuatu terjadi, si Buta jadi kabur
pandangannya dan merasa penglihatan matanya menjadi gelap, karena sudah tidak
bisa melihat sesuatu diapun terpeleset dan akhirnya terjatuh tepat mengenai
temannya yang ada di bawah dan ternyata teman yang kejatuhan tersebut menjadi
bongkok kembali.
Nasib kembali seperti
semula, akhirnya merekapun hidup menjadi pengemis kembali seperti sedia kala.
*** SEKIAN***
(Sumber Inspirasi : Dongengan anak2 santri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar